Kamis, 17 Desember 2020

YUK KEMBANGKAN BUDAYA POSITIF DI SEKOLAH!



Pasti setelah membaca judul artikel ini, terbersit pertanyaan seperti pada gambar di atas. Bagaimana kita bisa menerapkan kalau tidak tahu apa yang dimaksud budaya positif? 
Budaya positif merupakan hal-hal yang dilakukan untuk dapat meningkatkan kesadaran peserta didik tanpa memberikan tekanan sehingga terjalin hubungan yang harmonis antara guru dan peserta didik dan dapat membentuk karakter peserta didik.

Budaya positif di sekolah dapat terbangun melalui kolaborasi semua pihak terutama guru yang berinteraksi langsung dengan peserta didik. Terciptanya budaya positif di sekolah sangat penting dalam menunjang pembentukan karakter peserta didik.

Perhatikan gambar-gambar berikut ini!

Gambar 1. Guru memarahi peserta didik


 Gambar 2. Guru menasehati peserta didik

Manakah dari gambar 1 dan gambar 2 yang dapat membangun budaya positif? 
Tentunya Anda telah dapat menjawabnya. 

Cara membangun budaya positif di Sekolah yaitu;

  1. Keteladanan Guru
  2. Pembiasaan
  3. Memberikan pujian pada hasil karya siswa
  4. Memberikan penghargaan terhadap usaha yang dilakukan siswa
  5. Menghindari hukuman
  6. Mengajak diskusi siswa jika ada permasalahan
  7. Mengajak siswa untuk membuat kesepakatan disiplin positif

Cara Guru Menjalin Hubungan dengan siswa untuk membangun budaya positif di Sekolah

  • u  Memberikan kepercayaan pada siswa
  • u  Berkomunikasi aktif dengan peserta didik
  • u  Memberikan apresiasi
  • u Mengajak siswa untuk menemukan masalah dan memecahkannya secara bersama
  • u  Membuat kesepakatan kelas secara Bersama
  • u  Menganggap semua siswa memiliki potensi
  • u  Refleksi diri sendiri Berdiskusi dengan teman sejawat
   Melalui budaya positif maka akan terbentuk disiplin positif. Disiplin berasal dari Bahasa latin yaitu disciplina artinya belajar. Disiplin diri membuat orang dapat menggali potensinya untuk mencapai tujuan dan apa yang dihargai. Disiplin bukan dilakukan untuk mendapatkan kepatuhan dan ketidak nyamanan tapi lebih pada menghargai sesuatu sehingga timbul kesadaran untuk menerapkan tidak hanya untuk dirinya sendiri tapi juga dapat mengingatkan orang lain. Inilah yang dimaksud dengan disiplin positif. 
   Dalam menanamkan budaya positif hendaknya guru berperan/ memiliki posisi sebagai manajer, bukan sebagai penghukum, pembuat orang merasa bersalah, sebagai teman, ataupun sebagai pemantau sehingga dapat menguatkan pribadi dan meletakkan dirinya sebagai individu yang positif dan dapat mengevaluasi dirinya bahkan memperbaiki diri sehingga dapat menuntun terbentuknya karakter dalam diri peserta didik. 

Hal ini sesuai dengan pernyataan Ki Hajar Dewantara bahwa 

"Tujuan Pendidikan yaitu menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak agar dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat"

Budaya positif dibangun mulai dari hal-hal yang kecil seperti membuat kesepakatan kelas. Kesepakatan kelas merupakan upaya membentuk budaya positif yang melibatkan peserta didik untuk menerapkannya. Disiplin positif dapat diwujudkan melalui kesepakatan kelas. Berikut tips membuat kesepakatan kelas:


Contoh Kesepakatan Kelas sebagai berikut:
Melalui kesepakatan kelas diharapkan terbentuknya motivasi intrinsik peserta didik dalam mematuhi tata tertib karena dibuat berdasarkan kesepakatan bersama sehingga dapat membantu guru dan peserta didik dalam menciptakan pembelajaran yang lebih efektif dan membentuk karakter peserta didik.
Disinilah peran guru penggerak untuk menggerakkan  komunitas dan bekerja secara kolaboratif untuk mengembangkan budaya positif secara konsisten dimulai dari diri sendiri, kelas, dan yang lebih luas yaitu sekolah maupun lingkungan sekitar. 

#calongurupenggerak
#budaya positif



Rabu, 28 Oktober 2020

FILOSOFIS "MERDEKA BELAJAR" PEMIKIRAN KI HAJAR DEWANTARA

Beliau adalah Bapak Pendidikan Indonesia. Beliau lahir di Yogyakaryta tanggal 2 Mei 1889 dengan nama Raden Mas Suwardi Suryaningrat. Hari kelahirannya diperingati oleh Bangsa Indonesia saat ini sebagai Hari Pendidikan Nasional, karena kiprahnya yang menginspirasi dalam bidang Pendidikan di zaman kolonial melalui pemikiran-pemikiran beliau, serta perannya mendirikan Taman Siswa. Taman siswa yang didirikan untuk memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada rakyat Indonesia memperoleh pendidikan di zaman kolonial. Pada zaman tersebut pendidikan hanya dapat diperoleh orang-orang tertentu dan hanya untuk kepentingan serta keuntungan dari pemerintah kolonial saja. Guru sebagai pusat pembelajaran, sumbner belajar, dan dapat menentukan batas kemampuan yang dimiliki siswa.
Ki Hajar Dewantara memiliki keyakinan bahwa pendidikan merupakan kunci utama untuk menciptakan manusia Indonesia yang bearadab yaitu manusia yang memiliki nilai-nilai kemanusiaan, nilai-nilai yang dapat diteruskan dan diwariskan. Menurut Ki Hajar Dewantara:
"PENDIDIKAN ADALAH TEMPAT PERSEMAIAN BENIH-BENIH KEBUDAYAAN DALAM MASYARAKAT"
Pengajaran merupakan bagian dari pendidikan yaitu proses pendidikan dalam memberikan ilmu atau berfaedah untuk kecakapan hidup anak secara lahir dan batin. Hal penting yang harus diperhatikan dalam penagajaran yaitu:

Jadi, jika selama ini proses pembelajaran yang kita lakukan hanya di dalam kelas, mengajar dengan metode pembelajaran yang tidak bervariasi yaitu menggunakan metode ceramah dengan dalih ketuntasan materi, menjadikan diri kita sebagai satu-satunya sumber belajar bagi peserta didik, dan lebih mengkondisikan pembelajaran dalam keadaan pasif sehingga situasi pembelajaran lebih mudah dikelola, maka hal tersebut sama saja dengan cara pendidikan di zaman kolonial, mengungkung kemerdekaan belajar peserta didik.
 
Lalu  pembelajaran seperti apa yang diharapkan dalam " Merdeka Belajar"?

Merdeka belajar bukan berarti peserta didik dibiarkan begitu saja bertindak semaunya di dalam kelas. Kita juga harus tetap mengingatkan bahwa hidup peserta didik bukannya hidup pribadinya tapi juga terkait dengan orang lain yaitu hidupnya bermasyarakat sehingga ada aturan-aturan yang tetap harus dipatuhi. Sesuai dengan pemikiran-pemikiran yang diungkapkan oleh Ki Hajar Dewantara, jika diinterpretasikan yaitu pembelajaran yang berorientasi pada peserta didik yaitu yang menjadikan peserta didik sebagai subjek belajar, melestarikan kearifan lokal yang ada di sekitar peserta didik (kodrat alam), dan menggunakan metode, media pembelajaran yang bervariasi yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik, kompetensi dasar yang akan dicapai, sesuai dengan perkembangan zaman (kodrat zaman), melatih dan mengembangkan kecakapan hidup, serta yang hal yang paling utama adalah pembentukan karakter peserta didik. 
Keterampilan-keterampilan yang sangat perlu untuk dilatiha dan dikembangkan dalam proses pembelajaran di abad 21 ini  yaitu 4C (Critical Thinking, Creative, Collaboration, Communication). Pembelajarn yang dapat dilakukan untuk melatih keterampilan abad 21 itu diantaranya melalui discovery learning, problem base learning, project base learning, inkuiri. 

Untuk variasi dalam pembelajaran kita juga dapat merancang belajar sambil bermain seperti gambar berikut ini:
#CalonGuruPenggeraktahun2020 #LK.1.1.a.9