Pendidikan adalah tuntunan segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka sebagai manusia dan anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Hal tersebut diungkapkan oleh Bapak Pendidikan Republik Indonesia yaitu Bapak Ki Hajar Dewantara.
Gambar 1. Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara |
Hal ini yang mendasari filosofis "Merdeka Belajar". Beragam upaya hendaknya dilakukan oleh seorang pendidik untuk dapat menuntun segala kekuatan kodrat yang dimiliki oleh peserta didik, baik kekuatan kodratnya yang berupa bakat, kompetensi akademis, kompetensi sosial emosional, berbagai keterampilan hidup yang dibutuhkan dalam abad 21 seperti kolaborasi, komunikasi, kreatif, dan berpikir kritis, sehingga terbentuk kemandirian dan kedewasaan menghadapi permasalahan dan mampu menyelesaikan atau menemukan solusi dari setiap permasalahan yang dihadapinya dengan sikap positif.
Menuntun kompetensi akademis peserta didik yang menunjang merdeka belajar dapat diterapkan melalui pembelajaran berdiferensiasi untuk dapat mengakomodir berbagai gaya belajar dan kebutuhan peserta didik serta melatih keterampilannya abad 21.Hal ini telah saya kemukakan pada artikel sebelumnya. pada link berikut:
http://euisnovi.blogspot.com/2021/02/mengimplemantasikan-merdeka-belajar.html
Menuntun kompetensi sosial emosional peserta didik yang menunjang merdeka belajar dapat diterapkan melalui pembelajaran sosial dan emosional uagar dapat sukses melalui pengalaman-pengalaman interaksi dengan gurunya, teman-temannya, maupun sekolahnya. Apa manfaatnya dan bagaimana cara melaksanakannya telah saya kemukakan pada artikel sebelumnya. pada link berikut:
http://euisnovi.blogspot.com/2021/03/pembelajaran-sosial-dan-emosional.html
Lalu bagaimana untuk melatih kemandirian dan kedewasaan menghadapi permasalahan dan mampu menyelesaikan atau menemukan solusi dari setiap permasalahan yang dihadapinya dengan sikap positif?
Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah melalui Coaching Model TIRTa. Berdasarkan definisi para ahli Pramudianto (2020) makna Coaching sebagai berikut:
Gambar 2. 3 Makna Coaching |
Coaching menjadi salah satu proses ‘menuntun’ kemerdekaan
belajar murid dalam pembelajaran di sekolah bukan menggurui.
Gambar 3 & 4. Proses Coaching, kolaborasi Coach (guru) dengan Coachee (murid) |
Proses coaching merupakan proses untuk mengaktivasi kerja
otak murid. Pertanyaan-pertanyaan reflektif yaitu pertanyaan yang membuat lebih berpikir, pertanyaan yang lebih membukakan, dan menggali potensi peserta didik dapat membuat murid melakukan metakognisi
(bagaimana murid memahami proses berpikirnya). Selain itu,
pertanyaan-pertanyaan dalam proses coaching juga membuat murid lebih berpikir
secara kritis dan mendalam. Yang akhirnya, murid dapat menemukan potensi dan
mengembangkannya.
Komunikasi dalam coaching merupakan komunikasi yang memberdayakan yaitu komunikasi yang dapat mengesplorasi kemampuan coachee dalam menemukan solusi atau menentukan langkah-langkah berikutnya melalui pertanyaan-pertanyaan reflektif yang diberikan oleh coach setelah mendengarkan dengan seksama permasalahan yang disampaikan oleh coachee.
Coaching dapat dilakukan kapan pun saat seorang guru sebagai coach dalam keadaan siap, dapat mendengarkan dengan baik atau sepenuhnya dan memberikan perhatian (fokus). Coaching tidak hanya dilakukan saat ada masalah, tapi juga dapat menggali potensi yang dimiliki coachee dan menuntun prosee belajarnya. Coaching dapat dilakukan dengan teman sejawat. Coaching berbeda dengan konseling yang hanya berkomunikasi untuk memecahkan masalah, dan berbeda juga dengan mentoring (pemberikan tips-tips berdasarkan pengalam mentor).
Empat kompetensi dasar dasar bagi seorang coach yaitu:
- keterampilan membangun dasar proses coaching
- keterampilan membangun hubungan baik
- keterampilan berkomunikasi
- keterampilan memfasilitasi pembelajaran
"Bagaimana melaksanakan Coaching Model TIRTa?"
TIRTA kepanjangan dari
T : Tujuan
I : Identifikasi
R : Rencana aksi
TA: Tanggung jawab
Dari segi bahasa, TIRTA berarti air. Air mengalir dari hulu ke hilir. Jika kita ibaratkan murid kita adalah air, maka biarlah ia merdeka, mengalir lepas hingga ke hilir potensinya. Anda, sebagai guru memiliki tugas untuk menjaga air itu tetap mengalir, tanpa sumbatan.
TIRTA dikembangkan dari satu model coaching yang dikenal sangat luas dan telah diaplikasikan, yaitu GROW model. GROW adalah kepanjangan dari Goal, Reality, Options dan Will. Pada tahapan
1) Goal (Tujuan): coach perlu mengetahui apa tujuan yang hendak dicapai coachee dari sesi coaching ini,
2) Reality (Hal-hal yang nyata): proses menggali semua hal yang terjadi pada diri coachee,
3) Options (Pilihan): coach membantu coachee dalam memilah dan memilih hasil pemikiran selama sesi yang nantinya akan dijadikan sebuah rancangan aksi.
4) Will (Keinginan untuk maju): komitmen coachee dalam membuat sebuah rencana aksi dan menjalankannya.
Cara melaksanakan Coaching pada peserta didik dapat disimak pada video di link berikut ini: