Beragam karakteristik, dan latar belakang peserta didk yang ada di dalam kelas merupakan hal yang harus disadari dan dipahami pendidik saat melaksanakan pembelajaran, sehingga kadang sebagai pendidik mengalami keadaan seperti pada gambar berikut ini di dalam kelas.
Gambar 1. Situasi pembelajaran di kelas |
“Mendidik pikiran tanpa mendidik hati adalah bukan pendidikan sama sekali" (Educating the mind, without educating the heart, is not education at all) by Aristoteles
Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan adalah tuntunan segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka sebagai manusia dan anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Aspek sosial emosional merupakan kodrat yang dimiliki oleh anak-anak sebagai manusia sehingga sangat penting untuk dikembangkan.
Gambar 2. Guru Berpikir |
Gambar 3. Tiga ruang lingkup pelaksanaan PSE |
Gambar 4. Penjelasan 3 ruang lingkup PSE |
"Membangun Budaya Positif merupakan salah satu Pembelajaran Sosial dan Emosional"
"Hakikat PSE yaitu pembelajaran yang memberikan-pengalaman-pengalaman kepada peserta didik melalui interaksi dengan gurunya, teman-temannya, sekolahnya sehingga peserta didik dapat memahami dirinya sendiri dan orang lain, serta mengembangkan kompetensi personal untuk dapat sukses".
Guru penting memahami dan menerapkan PSE karena proses pembelajaran bersifat relational (saling terkait), dimana proses belajar akan terjadi jika adanya perhatian dan emosi menarik perhatian tersebut, sehingga anak dapat belajar jika hatinya terbuka, terhubung dengan lingkungan sekitarnya dan adanya tujuan.
Terdapat 5 Kompetensi Sosial Emosional yang dapat dilatih melalui Pembelajaran Sosial dan Emosional yaitu:
Gambar 5. 5 Kompetensi Sosial dan Emosional |
Pembelajaran Sosial dan Emosional berbasis Kesadaran Penuh (Mindfulness)
Pembelajaran sosial dan emosional akan lebih efektif jika seseorang memiliki kesadaran penuh (mindfulness).
Kesadaran penuh (mindfulness) adalah kesadaran yang muncul ketika seseorang memberikan perhatian secara sengaja pada kondisi saat sekarang dilandasi rasa ingin tahu dan kebaikan (The awareness that arises when we pay attention, on purpose, in the present moment, with curiosity and kindness) (Kabat - Zinn (dalam Hawkins, 2017, hal. 15))
Gambar 6. 5 kata kunci mindfulness |
Gambar 7. Latihan kesadaran penuh Cara melakukan teknik STOP dapat dipelajari pada video berikut ini: https://youtu.be/eCMqo5iUbIE Teknik STOP hanya merupakan latihan awal yang seserhana yang dapat dilakukan dalam semua situasi untuk memperoleh kesaran penuh. Latihan berkesadaran penuh (mindfulness) lainnya sebenarnya sudah banyak diterapkan dalam pendidikan kita sejak lama. Misalnya, mengajak murid untuk hening dan berdoa sebelum memulai pelajaran, melakukan berbagai kegiatan literasi, mencintai alam, berolah-seni maupun berolahraga, dan lain sebagainya. Gambar 8. Pembelajaran Sosial-Emosional berbasis kesadaran penuh untuk mewujudkan kesejahteraan (well-being). Gambar tersebut diadaptasi dari Gambar yang dibuat K. Fort – Catanese (dalam Hawkins, 2017) Dengan kesadaran penuh dapat lebih memahami dan menghubungkan 5 kompetensi sosial dan emosional dengani lebih baik sehingga lebih siap untuk menghadapi tantangan yang ada dengan lebih optimis.
Well-being (kesejahteraan hidup) adalah sebuah kondisi dimana individu memiliki sikap yang positif terhadap diri sendiri dan orang lain, dapat membuat keputusan dan mengatur tingkah lakunya sendiri, dapat memenuhi kebutuhan dirinya dengan menciptakan dan mengelola lingkungan dengan baik, memiliki tujuan hidup dan membuat hidup mereka lebih bermakna, serta berusaha mengeksplorasi dan mengembangkan dirinya. Menurut
Mcgrath & Noble, 2011, murid yang memiliki tingkat well-being yang optimum
memiliki kemungkinan yang lebih tinggi untuk mencapai prestasi akademik yang
lebih tinggi, kesehatan fisik dan mental yang lebih baik, memiliki ketangguhan dalam menghadapi stress dan
terlibat dalam perilaku sosial yang lebih bertanggung jawab Demikian sekelumit pembelajaran sosial dan emosional yang dapat saya sampaikan melalui artikel ini. Mari kita bersama-sama sebagai pendidik berkolaborasi untuk melaksanakan pembelajaran sosial dan emosional ini. Hal ini tentu erat kaitannya dengan pendidikan karakter di sekolah. Mari kita mulai dari diri kita lalu kita imbaskan dan berikan motivasi untuk peserta didik dan teman sejawat serta masyarakat di sekitar kita untuk menerapkannya. Sesuai semboyan Ki Hajar Dewantara: "Ing ngarso sing tulodo, Ing madyo mangun karso, Tut wuri handayani" |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar